. Maret 2011 ~ "Cirebon Site"
Unduh Adobe Flash player

Rabu, 30 Maret 2011

di bukit muria


ini adalah foto bukit muria yang saya ambil pada saat ziarah walisongo

dalam museum bung karno

patung ir.soekarno di blitar


ini adalah patung soekarno yang saya ambil pada tahun 2010 pada saat ziarah ke makam ir.soekarno

Jumat, 25 Maret 2011

lukisan wayang krisna (kresna) cirebon


lukisan wayang kulit krisna dari cirebon.

Raden Narayana setelah menjadi raja bernama Prabu Harimurti Padmanaba, karena ia titisan Begawan Padmanaba. Disebut juga Prabu Dwarawati, karena menjadi raja di negeri Dwarawati, dan disebut juga Prabu Kresna, karena berkulit hitam dan lain-lain. la dapat bertahta di Dwarawati karena mengalahkan seorang raja raksasa bernama Prabu Kunjana Kresna di negeri tersebut, dan nama Kresna itu dipakainya juga sebagai namanya sendiri, yakni Prabu Kresna.
Prabu Kresna sebagai pengasuh Pandawa atau disebut dalang, ialah seorang yang pandai menjalankan siasat politik negara, peperangan dan lain-lain. Prabu Kresna mempunyai senjata cakra, senjata yang hanya dikuasai oleh titisan Wisnu, dan mempunyai azimat kembang Wijayakusuma, untuk menghidupkan orang mati, yang belum sampai pada takdirnya. Dalam perang Baratayudha Sri Kresna yang memegang daya upaya kemenangan Pandawa. Usia Prabu Kresna lanjut, hingga sehabis perang Baratayudha.
Sri Kresna berpermaisuri 4 puteri: 1) Dewi Jembawati, anak seorang pendeta kera Kapi Jembawan dipertapaan Gadamedana, berputera Raden Samba; 2) Dewi Rukmini, puteri Prabu Rukma, seorang raja di Lesanpura, berputra Dewi Siti Sundari; 3) Dewi Setyaboma, putri Prabu Setyajid, seorang raja di Lesanpura, dan berputra Raden Setyaka, dan 4) Dewi Pretiwi, putri Hyang Antaboga, berputra Prabu Bomanarakasura.
Prabu Kresna mampu bertiwikrama yaitu berganti rupa menjadi raksasa. Pada lakon Kresna gugah, yaitu Kresna sedang tidur dalam rupa raksasa (tiwikrama). Dalam cerita ini diriwayatkan bahwa siapa yang mampu membangunkan Sri Kresna akan memenangkan perang Baratayudha. Maka kedua belah pihak (Pandawa dan Kurawa) berusaha membangunkannya. Namun tindakan Kurawa sia-sia belaka. Hanya Arjuna yang dapat membangunkan Sri Kresna.

Minggu, 20 Maret 2011

Batik Cirebon


batik cirebon adalah warisan budaya dari cirebon yang memiliki banyak corak dan motif dan sudah sangat terkenal sampai mancanegara.

Sabtu, 19 Maret 2011

paksi @ muludan gegesik , cirebon


paksi ini terlihat dari depan pada saat muludan gegesik tahun 2011 di gegesik,cirebon,indonesia.

pentet bird ( burung pentet )


this is pentet bird. ini adalah burung pentet yang memeiliki suara yang keras

lukisan karya anak bangsa


inilah lukisan karya anak bangsa dari cirebon

Minggu, 13 Maret 2011

paksi gunung jati


paksi gunung jati pada acara karnaval budaya muludan gegesik cirebon pada tahun 2011 yang berlangsung sangat meriah

muludan gegesik


muludan gegesik 2011 carnaval budaya

masjid at-taqwa cirebon




SEJARAH:
Masjid Raya at-Taqwa Kota Cirebon didirikan pada tahun 1918 di suatu kampung yang bernama Kejaksan, yang terdiri dari dua bagian, yang satu untuk dipergunakan sebagai Tajug Agung (Masjid At-Taqwa sekarang) dan setengah bagian yang lain dipergunakan sebagai alun-alun (Alun-alun Kejaksan sekarang). Pada tahun ini juga Jalan RA. Kartini merupakan Jalan Kereta Api menuju ke Pelabuhan yang kemudian dipindahkan ke Jalan KS Tubun.

Nama masjid Raya At-Taqwa Cirebon, semula sebenarnya adalah Tajug Agung, bangunannya sudah cukup lama dan tua, ruangannya terlalu kecil dan letaknya kurang menghadap Qiblat, kemudian bapak R. M. Arhatha, seorang kepala Koordinator Urusan Agama Cirebon mempunyai gagasan untuk merenovasi Tajug Agung itu di tempat yang lama dengan mengambil nama Masjid At-Taqwa, karena sudah ada masjid agung yang terletak di kasepuhan yang sekarang menjadi Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Seolah-olah pada waktu itu tidak dibenarkan dua nama yang sama pada dua masjid yang letaknya masih dalam satu kota, yaitu Tajug Agung dan Masjid Agung.

Akhirnya pada tahun 1951 terwujudlah bangunan masjid tersebut dengan sekaligus namanya atas kata sepakat dari teman-teman akrab R.M Arhatha, yang sudah barang tentu mengalami hambatan-hambatan, walaupun hambatan tersebut akhirnya dapat diselesaikan. Kemudian masjid At-Taqwa memiliki banyak ruangan yang serba guna, karena sebelumnya Bapak. R.M Arhatha menugaskan Bapak Urip Abdul Manan selaku pembuat gambar masjid bersama bapak R.M Djazuli Wangsa Saputra, yang kelak selaku kepala koordinator Urusan Agama Kabupaten atau Kotamdya Cirebon untuk meninjau atau meriset masjid Asysyuhada di yogyakarta yang dianggap bahwa masjid telah modern.

Adapun biaya pembangunan Masjid pada waktu itu adalah dari Ibu Garmini dan Swadaya ABRI dan Masyarakat, yang akhirnya diresmikan dan Swadaya ABRI dan Masyarakat, yang akhirnya diresmikan menjadi masjid At-Taqwa tahun 1963.

Seiring dengan perjalanan waktu, Kepengurusan Masjid Raya At-Taqwa telah terjadi beberapa regenarasi, antara lain setelah Bapak R.M Arhatha, kemudian dilanjutkan oleh Bapak A. Dasuki dan diteruskan oleh Bapak R.A Djazuli Wangsa Saputra, kepemimpinan beliau-beliau pada waktu itu masing-masing sebagai kepala koordiantor Urusan Agama Wilayah III Cirebon pada tahun 1969. kemudian dilanjutkan oleh Bapak R.H Hulaemi, terus Bapak Rohana pada tahun 1970, kemudian pada tahun 1970, kemudian pada tahun 1971 sampai tahun 1980 dipimpin oleh Bapak K.H Syamsudin.

patung seni topeng

Jumat, 11 Maret 2011

emong diwayu... aas rolani / nunung alvie


emong diwayu by. aas rolani

Kamis, 10 Maret 2011

Indonesia Tanah Pusaka

festival tari topeng se-nusantara



tanggal 16 October 2010 di Cirebon, Jawa Barat Festival ini akan mengangkat seni pertunjukan topeng, serta bertujuan mengenalkan kesenian topeng secara fisik maupun secara filosofis supaya tetap lestari sebagai budaya tradisi adiluhung bangsa Indonesia

paksi nagaliman pada acara festival tari topeng


iring-iringan paksi pada acara festival tari topeng se-nusantara di depan gedung negara cirebon

Tari Topeng Cirebon Klana Gegesik(Cirebonese Klana Mask Dancing )

Keraton Kasepuhan

keraton kanoman cirebon


Sejarah Kanoman
Kraton Kanoman yang di bangun pada tahun 1588 oleh Sultan Badaruddin yang memisahkan diri dari Kesultanan utama Cirebon karena berbeda pendapat dengan saudaranya mengenai siapa yang berhak menjadi ahli waris Kesultanan Cirebon.
Sebagaimana umumnya Kraton di Jawa, Bangunan Kraton Kanoman seluruhnya menghadap ke utara. Di luar bangunan Kraton terdapat sebuah bangunan bergaya bali yang disebut dengan Balai Manguntur yang terbuat dari Batu merah. Di dekat bangunan Balai Maguntur ini terdapat sebuah pohon beringin yang berukuran besar. Fungsi bangunan ini adalah tempat kedudukan Sultan apabila menghadiri Upacara seperti apel prajurit atau menyaksikan pemukulan gamelan Sekaten pada tanggal 8 Maulid dan lain-lain. Ada juga masyarakat yang mengatakan bahwa Balai Maguntur diartikan sebagai Balai mangunn tutur yang artinya tempat sultan berpidato atau berbicara kepada masyarakat tentang hukum dan agama.

Setelah melewati patung berbentuk naga, pengunjung akan sampai di bangunan Kraton Kanoman, sebuah istana yang lebih kecil ukurannya dari pada Kraton Kasepuhan. Kraton Kanoman mempunyai pendopo dengan sebuah altar didalamnya, disini terdapat koleksi piring-piring antik dari Eropa.

Kraton Kanoman juga mempunyai museum dengan pintu-pintunya yang berukir, koleksi terpenting museum ini adalah Kereta Perang Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana dengan bentuk mirip seperti kereta pada Kraton Kasepuhan, Kereta yang terdapat di Krataon Kanoman ini di klaim sebagai yang kereta yang lebih tua. Bahkan kerata yang disebut-sebut merupakan duplikat dari kereta yang terdapat di Keraton Kanoman. Koleksi museum lainnya adalah aneka senjata seperti keris dan tombak, gamelan dan lain-lain.
Museum yang terdapat di Kraton Kanoman ini tidak memiliki jadwal kunjungan yang teratur. Pengunjung yang datang kesini harus melapor dan mengisi buku tamu dan pemandu akan membukakan pintu museum dan menemani pengunjung berjalan mengelilingi museum. Selesai mengunjungi Kraton Kanoman ada baiknya anda melihat-lihat Pasar Kanoman yang terletak persis di depan Kraton.

Pada komplek Keraton Kanoman inilah pertama kali dibangun sebuah bangunan kerajaan sebelum pindah ke Pakungwati 1 di lokasi Keraton Kasepuhan, bangunan tersebut merupakan bangunan tertua di Cirebon. Komplek Keraton ini terpencil keberadaannya di tengah Kota Cirebon, tertutup oleh bangunan Pasar Kanoman di bagian utara, ruko-ruko di sepanjang jalan Lemahwungkuk yang terleta di sebalah timur Keraton Kanoman, dan bangunan perumahan permukiman di sebelah selatan dan baratnya. Bangunan Keraton nyaris tenggelam diantara bangunan-bangunan yang mengelilinginya. Padahal sebagai potensi sebuah kota, keraton ini sebaiknya mudah dijangkau oleh setiap warga kota dan wisatawan.

Seperti di Keraton Kasepuhan, alun-alun keraton yang seharusnya menjadi ruang publik yang terbuka sebagai tempat aktivitas warga saat ini kurang berfungsi secara optimal sebagai ruang publik. Alun-alun ini lebih terlihat sebagai ruang perluasan Pasar Kanoman, dibandingkan sebagai ruang depan Keraton Kanoman, kondisi yang harus segera diperbaiki dan dikembangkan fungsinya. Namun demikian pada acara-acara tradisi tertentu lapangan ini akan berubah menjadi lautan orang yang membludak ingin mengikuti tradisi seperti Muludan dan acara-acara tradisi lainnya.

Komplek Keraton Kanoman sendiri memiliki ruang yang cukup menarik sebagai tempat wisata, dengan pohon-pohon beringin yang rimbun serta taman-taman keraton yang dikelilingi benteng bata menjadi sebuah oase yang sejuk di tengah Kota Cirebon yang cukup panas. Apalagi sambil menikmati tahu gejrot yang pedas dan segar. Maknyuss. Dan lebih daripada itu, (lagi) bagian sejarah yang menyambung dari sejarah Kesultanan Kasepuhan bisa diketahui dari Keraton ini.

SEBUAH pendopo dikelilingi tembok bercat putih, tak terawat. Salah satu sisi gapuranya hanya menunjukkan bekas porselen dari Tiongkok yang pernah ditanamkan di temboknya. Belum lagi coretan dinding yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab ditambah rerumputan tumbuh meninggi di beberapa tempat di halaman. Demikianlah pemandangan yang terlihat begitu menginjakkan kaki di depan gerbang sebuang keraton.

Itu hanya sebagian gambaran dari Keraton Kanoman yang ada di Kota Cirebon. Kondisi kurang baik ini diperparah dengan lokasi yang berada di balik keramaian Pasar Kanoman. Untuk menuju ke keraton, baik mobil maupun becak harus menerobos kerumunan para pedagang.

Tak terbayangkan bahwa tempat itu menyimpan sejarah panjang tentang kepahlawanan, juga syiar Islam, jika tidak menatap baik-baik bangunan utama. Memang tidak sebesar bangunan-bangunan di Keraton Yogyakarta atau Surakarta tetapi masih memancarkan kharisma tersendiri.

Rasa penasaran menggiring langkah merambahi halamannya yang teduh. Jika lebih teliti mengamati, maka akan tampak keistimewaan pagar maupun pintu gerbangnya yaitu berhiaskan piring-piring porselen yang cantik.

Beruntung, saat mengunjungi keraton itu, Warta Kota bertemu dengan putra kelima dari almarhum Sultan Kanoman XI, yaitu Pangeran Raja Mohamad Qodiran yang menjabat sebagai Pangeran Patih Kanoman.

Menurut Mohamad Qodiran, Kesultanan Kanoman ini awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon. Namun Sultan Banten, Ki Ageung Tirtayasa, kemudian menobatkan dua pangeran dari Putra Panembahan Adining Kusuma (Kerajaan Mataram) untuk memegang kekuasaan di dua kesultanan. Yaitu Pangeran Badriddin Kartawijaya di Kesultanan Kanoman bergelar Sultan Anom dan Pangeran Syamsuddin Martawijaya di Kesultanan Kesepuhan bergelar Sultan Sepuh.

Kesultanan Kanoman diresmikan tahun 1677. "Di antara keraton-keraton lain yang ada di Cirebon, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan, hanya Keraton Kanoman yang menjadi pusat peradaban Kesultanan Cirebon," tuturnya.

Keraton ini juga dikenal lebih taat dan konservatif dalam memegang adat istiadat dan pepakem. Contohnya tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri . Grebeg Syawal intinya adalah ziarah sultan dan keluarganya ke Makam Sinuhun Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara.

Kebiasaan itu sangat berbeda dengan Keraton Kasepuhan, yang dalam sejarahnya masih saudara tua, dan Keraton Kacirebonan. Keraton yang disebut terakhir itu dikenal hanya mempunyai satu sultan atau sultan sepengadegan, yakni Sultan Carbon (abad 18) di mana anak cucu mereka, sesuai keputusan pengadilan Belanda ketika itu, ditetapkan tidak memiliki hak lagi sebagai sultan.

Koleksi museum
Daya tarik utama Keraton Kanoman baru bisa dinikmati ketika memasuki museum yang terletak di sisi kanan bangunan utama. Di bangunan yang tidak terlalu besar itu tersimpan peninggalan-peninggalan keraton, mulai dari kereta kerajaan, peralatan rumah tangga, hingga senjata kerajaan.

Menurut pengamatan Warta Kota, perawatan pada barang-barang tersebut kurang diperhatikan. Dibiarkan berdebu dan lembab sekian lama. Bahkan gedung museum tersebut sepertinya nyaris roboh karena di plafonnya banyak jejak-jejak air akibat bocor.

"Memang kami kekurangan dana dan tenaga untuk mengelola tempat ini. Tidak mungkin hanya mengandalkan dana dari pemerintah. Sebagai penerusnya, tentu kami berusaha untuk menjaganya," ungkap Mohamad Qodiran.

Beberapa koleksi tampak tidak utuh. Di jajaran kereta, paling menonjol adalah Kereta Paksi Naga Liman. Kereta itu, seperti tertera dalam keterangan, dibuat dari kayu sawo pada tahun 1350 Saka atau tahun 1428 Masehi oleh Pangeran Losari. Itu adalah kereta kebesaran Sunan Gunung Jati, leluhur Kesultanan Cirebon, yang memerintah 1479 -1568.

Pemberian nama itu berkaitan dengan pahatan kayu di bagian depan yang menggambarkan gabungan bentuk paksi (burung), naga, dan liman (gajah) memegang senjata. Paduan bentuk itu melambangkan persatuan tiga unsur kekuatan di darat, laut, udara dan menyimbolkan keutuhan wilayah.

Keistimewaannya terletak pada bagian sayap patung yang bisa membuka-menutup saat sedang berjalan, juga bentuk rodanya yang berbeda dengan roda pedati biasa. Roda kereta dibuat cekung ke dalam. konstruksi roda seperti itu sangat berguna jika melewati jalanan berlumpur yang basah. Kotoran tidak akan menciprat mengotori penumpangnya.

Kereta yang lain adalah Jempana, kereta kebesaran untuk permaisuri dengan hiasan bermotif batik Cirebon. Kereta berbahan kayu sawo itu juga dirancang dan dibuat atas arahan Pangeran Losari pada tahun yang sama.

Kereta-kereta itu menempati bagian tengah ruangan. Bagian pinggir museum dipenuhi koleksi yang lain. Di antaranya koleksi wayang golek papak, kursi pengantin, gamelan, meja tulis lengkap dengan perlengkapan menulis daun lontar dan ijuk aren yang berfungsi sebagai alat menulis, kotak-kotak termasuk kotak dari Mesir. Di salah satu sudut, bisa dilihat koleksi senjata, mulai dari aneka pedang lokal dan pedang Eropa, keris, senjata api, aneka perisai, dan meriam

Ada pula singgasana Sri Sultan yang terbuat dari gading, berusia lebih dari 700 tahun. Kursi ini dipakai pada awal pemerintahan Kesultanan Cirebon hingga periode Sri Sultan Kanoman VIII. Karena kondisi kursi yang tidak memungkinkan lagi untuk diduduki, maka mulai Sri Sultan Kanoman IX kursi tersebut dimuseumkan.

Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal sebagai Syarif Hidayatullah.

Sayangnya, orang jarang menengok keraton ini, bahkan di musim libur. Masalah klasik, seperti publikasi, promosi tentu jadi biang keladi. Jangankan urusan publikasi dan promosi, untuk urusan pemugaran saja pihak keraton sudah ngos-ngos-an. Perlu upaya kerja sama dengan pihak swasta yang didukung pemerintah, apalagi keraton tersebut adalah salah satu daya tarik Kota Cirebon

paksi nagaliman


ini adalah paksi yang sedang dinaiki oleh kesultan kanoman

paksi singa barong


pusaka paksi singa barong ini berasal dari keraton kasepuhan cirebon

Pusaka Kesultanan Cirebon dalam Festival Topeng Nusantara


kereta sultan dan pedati keraton yang ada di Cirebon ikut Kirab Budaya Ciayumajakuning dalam rangkaian kegiatan Festival Topeng Nusantara 2010, Sabtu (16/10). Tiga kereta tersebut adalah Kereta Singa Barong dari Keraton Kasepuhan, Kereta Paksi Nagaliman dari Keraton Kanoman, dan Kereta Juru Mudi dari Keraton Kacirebonan.

Sedangkan sebuah pedati bernama Pedati Gede Pekalangan, adalah dari Keraton Kasepuhan, yang konon sering digunakan di zaman Sunan Gunung Jati untuk mengangkut kayu bahan baku pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa, dan Keraton Kasepuhan yang biasa ditarik seekor kerbau dan dikemudikan Ki Gede Pekalangan.

Ketiga kereta dan pedati tersebut ditarik pasukan keraton yang dilengkapi dengan persenjataan lengkap seperti tombak, pedang dan tameng berjalan mulai dari Keraton Kasepuhan hingga Gedung Negara Kantor Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah Cirebon yang jaraknya sekitar 4 Km.

Selain itu kirab juga dimeriahkan oleh berbagai atraksi kesenian daerah dari Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) serta budaya tionghoa barongsai. Kirab yang rencananya bergerak pukul 07.30 WIB terpaksa mundur hingga pukul 09.00WIB karena tertunda akibat hujan deras yang mengguyur Kota Cirebon sejak subuh. Setelah hujan reda, iring-iringan kereta keraton pun berjalan menyusuri jalan utama Kota Cirebon. Dari Keraton Kasepuhan, kirab berjalan melalui jalan Merdeka kemudian menjemput rombongan barongsay dari Vihara Dewi Welas Asih di Jl Yos Sudharso.

Dilanjutkan ke Jl Pasuketan yang disambut dengan kesenian kuda ronggeng dari Kuningan. Arak-arakkan terus bergerak melalui Jalang Kanggraksan, Siliwangi dan berakhir di Gedung Negara. Salah satu ciri khas arak-arakan yang menghadirkan kereta dan prajurit keraton adalah sepanjang perjalanan seluruh peserta kirab membaca shalawat nabi yang diiringi musik genjring.

Setibanya di Gedung Negara, Kirab Budaya Ciayumajakuning disambut oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan sejumlah duta besar dari negara sahabat.

Di Gedung Negara upacara penyambutan pun digelar yang disambung dengan peresmian pembukaan acara Festival Topeng Nusantara 2010 oleh Gubenur Jawa Barat. Kemudian masyarakat dan tamu undangan yang hadir disuguhi dengan rampak tari Topeng Kelana yang dibawakan oleh puluhan penari dari beberapa sanggar tari di Cirebon dan beberapa tarian khas Cirebon lain.

Rencananya acara Pesta Rakyat dan Kuliner di Gedung Negara akan diselenggarakan hingga malam hari dengan menghadirkan sejumlah artis ibu kota dan lokal Cirebon seperti Iis Dahlia dan musik tarling Abdul Ajib. Sedangkan tamu undangan yang sebagian besar adalah duta besar negara sahabat, pada malam harinya akan menghadiri Pagelaran Festival Topeng Nusantara 2010 di Panggung Budaya Cilimus 1928, Resort Prima Sangkanurip, Kabupaten Kuningan

Rabu, 09 Maret 2011

CULTURAL CARNAVAL, Cirebon 16 October 2010.


karnaval budaya di cirebon.
Cultural carnaval in cirebon

Visit CIREBON

Visitor