. Oktober 2011 ~ "Cirebon Site"
Unduh Adobe Flash player

Minggu, 23 Oktober 2011

Monumen Kejawanan Cirebon

Situs Monumen Kejawanan ini merupakan sebuah petilasan, tempat pertapaan Pangeran Sukmajaya yang adalah juru penasehat (Juru Martani) Sunan Gunung Jati. Makam Pangeran Sukmajaya sendiri berada di Gunung Sembung, di kompleks Makam Sunan Gunung Jati.

Bentuk bangunan ini jika kita lihat dari luar lebih menyerupai sebuah rumah. Di pekarangannya terdapat pohon beringin tua yang berukuran besar, lalu terdapat papan nama yang bertuliskan "Monumen Kejawanan" merupakan cagar budaya kota Cirebon yang telah berdiri sejak abad 17 Masehi.
Monumen ini diyakini sebagai bangunan keramat. Kondisi keseharian Monumen Kejawanan selalu tertutup untuk kedatangan masyarakat umum, hanya orang-orang tertentu dengan tujuan khusus yang diperbolehkan untuk masuk yaitu jika mempunyai tujuan untuk berziarah atau niis dalam istilah bahasa daerah setempat. Sekilas pandangan yang hanya dapat dilihat dalam monumen tersebut dari celah lubang angin di dindingnya ternyata ruang di dalam berupa tempat ibadah seperti mushola, terdapat tikar dan sajadah, juga terdapat dupa. Cahaya dari lampu neon tampak remang.

Sayang, jika saja benda-benda cagar budaya di Kota Cirebon ini selain dilestarikan dan dikelola dengan sungguh-sungguh sebagai tempat wisata mungkin Kota Cirebon tak akan dipandang sebelah mata sebagai salah satu tujuan wisata bagi turis lokal maupun internasional.
Lokasi Monumen Kejawanan ini tepat berada di seberang jalan masuk ke Pelabuhan Kejawanan Cirebon.

Senin, 17 Oktober 2011

Terasi Udang rebon

Terasi adalah produk awetan
dari ikan atau udang rebon
segar yang telah diolah
melalui proses pemeraman
atau fermentasi, disertai
dengan proses penggilingan
dan penjemuran yang
berlangsung relatif lama,yang banyak di produksi di daerah pantura khususnya Cirebon.

Terasi umumnya berbentuk
padat, teksturnya agak kasar,
dan mempunyai kekhasan
berupa aroma yang tajam
namun rasanya sangat gurih.
Terasi yang diperdagangkan
ada 2 macam, yaitu terasi
udang dan terasi ikan. Terasi
udang biasanya mempunyai
warna cokelat kemerahan,
sedangkan terasi ikan
berwarna kehitaman.

Melihat dari bahan bakunya,
terasi mempunyai kandungan
protein, kalsium dan yodium
yang cukup tinggi. Namun
kandungan tersebut tidak
begitu banyak berperan,
karena fungsi terasi yang
hanya sebagai penyedap
mengakibatkan pemakaian
terasi dalam masakan sangat
sedikit.

Kerupuk kulit Kerbau (Kerupuk Kebo)

`kerupuk kulit kerbau atau biasa dikenal oleh orang cirebon dengan sebutan 'krupuk kebo' adalah cemilan khas cirebon yang terbuat dari kulit kerbau asli dengan cipta rasa yang khas dan sangat gurih,serta kriuk-kriuk bila di makan. Krupuk kebo ini biasa di suguhkan dengan Empal Gentong sebagai penambah nikmat.ˊ

Minggu, 16 Oktober 2011

Reformasi Budaya

Bangsa kita kaya akan
budaya
Budaya di bangsa kita
kaya
Berbudayakah bangsa kita
Budaya siapakah dia

Reformasi… .
Kebebasan berekspresi
Kebabasan membuka diri
Kebebasan tuk memberi

Reformasi… .
Haruskah budaya juga
Kebebasan yang ada
semakin tak terjaga
Bebas tapi terpenjara

Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di ubahkan
Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di lestarikan

Budaya harus kita jaga
agar tak ternodai
Jangan budayakan korupsi
Budayakan puisi
Budayakanlah seni

Budaya yang ada sedikit
yang murni
Budaya yang murni sedikit
ada
Hati nurani kadang
berkata
Inikah budaya bangsa

Bangsa yang kaya akan
budaya
Bangsa yang selalu
berjaya
Bangsa kita harus berjaya
Bangsa kita harus
berbudaya

Mari generasi muda
bangsa
Kita jaga dan hormati
budaya bangsa
Bukan budaya para
penguasa
Budaya yang harus dijaga
adalah budaya bangsa

Budaya berasal dari Budi
dan Daya
Akal sehat tuk berkarya
Membangun nusa dan
bangsa
Membawa Kehormatan
bangsa.

sumber: http://rizaljenius.wordpress.com/2009/10/23/puisi-budaya/

Docang khas Cirebon

Docang adalah salah satu makanan khas yang berasal dari Cirebon.
Docang merupakan perpaduan dari lontong, daun
singkong, toge, dan kerupuk,
yang berkolaborasi sayur Dage/
Tempe Gembos (yang
dihancurkan) serta di
kombinasikan dengan parutan
kelapa muda.
Makanan ini mempunyai rasa
khas yang gurih dan nikmat
apabila disajikan dalam
keadaan panas atau hangat. soal harga memang murah . Tapi seiring dengan kemajuan zaman dan banyaknya makanan cepat saji,membuat popularitas docang menurun dan sekarang sudah sulit di temui orang yang menjual docang.

Bubur Sop khas Cirebon

Bubur ini berisi irisan kol, daun
bawang, tauco yang dituangi
kuah sop dan ditaburi beberapa suwiran
ayam serta kerupuk. Bisa di katakan makanan ini
merupakan kombinasi dari
bubur ayam dan Sayur Sop.
Disajikan panas-panas dan
biasanya bubur sop ini hanya
dijual pada malam hari,karena bisa menghangatkan suasana dinginnya malam.

Tahu Petis khas Cirebon

Tahupetis Cirebon adalah
tahu goreng yang dimakan
dengan saus yang berwarna
hitam yang dinamakan petis.
Tahu goreng tersebut seperti
tahu pong tapi rasanya tidak
asin. yaitu berasal dari tahu
putih yang digoreng sampai
kecoklatan tanpa dibumbui
apapun. sedangkan petisnya
berasa manis agak sedikit
asin. agar menggugah selera
tahu petis biasanya dimakan
dengan cabai hijau.
Daribentuknya yang berupa
segitiga karena memang
dipotong melintang dari
bentuk asalnya, tahu petis ini
berbeda dengan tahu
Sumedang atau tahu
kuningan. Meskipun digoreng
kering namun isi atau daging
bagian dalam tahu masih
terasa berisi atau tidak
berongga. Karena terasa lebih
berdaging itulah tahu goreng
ini lebih enak dinikmati
bersama petis atau cabe
rawit.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Keraton Kaprabonan Cirebon


Kraton Kaprabonan adalah salah satu keturunan Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran (Abad XV), beristri permaisuri bernama Ratu Subang Larang, yang berputera:
Pangeran Walasungsang atau Pangeran Cakrabuana yang bergelar Prabu Anom atau Sri Mangana.
Ratu Mas Rarasantang.
Pangeran Raja Sengara atau Kiai Santang Ratu Mas Rarasantang setelah menunaikan ibadah haji bersama kakaknya (Pangeran Walasungsang), namanya menjadi Hajjah Syarifah Mudaim. Dari sanalah Ratu Mas Rarasantang bertemu jodoh yang kemudian menikah dengan Sultan Mesir bernama Sultan Mahmud Syarief Abdullah dimana beliau keturunan ke-21 dari Rasulullah Muhammad SAW yang kemudian dikaruniai 2 orang putera, yaitu:
Syech Nurudin Ibrahim Syarief Hidayatullah.
Syech Syarief Nurullah Syech Syarief Hidayatullah (putera pertama Sultan Mesir) setelah berumur sekitar 26 thn, hijrah ke tanah Sunda dalam melaksanakan tugas untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan janji dan cita-cita ibundanya. Sedangkan Syech Syarief Nurullah (putera ke-2 Sultan Mesir) yang meneruskan ayahandanya sebagai Sultan Mesir, karena kakaknya tidak mau menjabat sebagai Sultan Mesir dan patuh perintah ibundanya.
Pada tahun 1479 M, Syech Syarief Hidayatullah Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara di Cirebon, dan bergelar:
" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Zaman Khalifatur Rasulullah SAW "

Pada tahun 1500 M Syech Syarief Hidayatullah telah menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, bahkan sampai ke negeri Cina (Tartar). Susuhunan Gunung Jati beristri dengan Nyai Kawunganten (adik bupati Banten), berputera Pangeran Maulana Hasanudin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Setelah itu beristeri lagi dengan Nyai Tepasari dan berputera Pangeran Pasarean yang meneruskan sebagai Kepala Pemerintahan di Cirebon yang nama lengkapnya adalah Pangeran Dipati Muhammad Arifin Pasarean. Pangeran Pasarean berputera Pangeran Adipati Carbon.
Pangeran Adipati Carbon berputera Panembahan Ratu I atau Pangeran Emas (Kepala Negara Carbon ke-2), bertahta mulai tahun 1528 M. Panembahan Ratu I berputera Pangeran Dipati Anom Carbon, Pangeran Dipati Anom Carbon berputera Panembahan Ratu II (Kepala Negara Carbon ke-3) wafat pada tahun 1601 M di Girilaya Yogyakarta ketika diundang oleh mertuanya, yaitu Amangkurat I Sultan Mataram katanya, tetapi ternyata ditipu muslihat oleh kolonial Belanda dengan cara disekap (dipenjarakan) untuk menandatangani penyerahan keukasaan pemerintah Cirebon kepada pemerintah Belanda. Namun Panembahan Ratu II tetap tidak mau menandatanganinya dan menyerahkan kekuasaan Cirebon kepada pemrintah Belanda, sampai akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman raja-raja di Girilaya, Imogiri Yogyakarta. Setelah wafatnya Panembahan Ratu II, kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon akhirnya lemah karena putera-puteranya masih kecil akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan pemerintah Belanda pada tahun 1601 M, sehingga kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon secara mutlak tidak ada lagi. Kesultanan Cirebon hanya diberi wilayah kekuasaan dan hak-haknya secara terbatas.
Panembahan Ratu II (Panembahan Ratu Akhir) berputera:
Pangeran Martawijaya, bergelar Sultan Sepuh Samsudin, menetap di Keraton Kasepuhan.
Pangeran Kartawijaya, bergelar Sultan Anom Badrudin, menetap di Keraton Kanoman.
Pangeran Wangsakerta, bergelar Panembahan Toh Pati sebagai asisten Sultan Sepuh yang menetap di Keraton Kasepuhan dan beliau hanya menurunkan sampai 2 turunan, setelah itu punggal (tidak menurunkan lagi).
Dari Sultan Anom Badrudin Keraton Kanoman berputera:
Pangeran Raja Adipati Kaprabon, dari ibunda Ratu Sultan Panengah (permaisuri ke-2) bergelar Sultan Pandita Agama Islam Tareqat, yang hijrah dan menetap di Keraton Kaprabonan.
Pangeran Raja Mandurareja Qodirudin dari ibunda Nyi Mas Ibu (permaisuri ke-3) yang meneruskan sebagai Sultan Anom di Keraton Kanoman.
Keraton Kaprabonan mulai berdiri pada tahun 1696 M yang dipimpin oleh Pangeran Raja Adipati Kaprabon dengan cita-citanya mengembangkan agama Islam sesuai perjuangan para Waliyullah terdahulu, terutama karuhunnya Sunan Gunung Jati. Pada saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas, dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan, sehingga Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri (Mandita) dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya, beliau tetap mendukung perjuangan adiknya untuk mengusir kolonial Belanda walaupun tidak sampai berhasil karena pada saat itu kekuatan kolonial Belanda semakin besar dengan telah dibentuknya Pemerintahan Residen Belanda yang dipimpin oleh Delamoor. Kepemimpinan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat kuat dengan politik pendekatan persuasif dengan Kesultanan dan para tokoh masyarakat pada saat itu.
Pangeran Raja Adipati Kaprabon tetap memegang komitmen melaksanakan amanat dari Gusti Susuhunan Jati Syech Syarief Hidayatullah, yaitu "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin".
Maka dengan demikian beliau tetap tekun memperdalam agama tareqat dan menyebarkannya kepada para muridnya di sekitar wilayah Cirebon, bahkan banyak dari luar wilayah Cirebon yang berdatangan untuk menjadi muridnya, seperti dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada waktu diangkat menjadi Sultan Pandita Agama Islam Tareqat beliau telah diwarisi sebilah keris pusaka yang bernama Ki Jimat oleh Sultan Kanoman Pangeran Muhammad Badrudin dan beberapa kitab keagamaan maupun kitab pusaka dan sejarah yang sampai sekarang masih ada dan berjumlah sekitar 100 kitab dan tersebar di 4 paguron.
Keris Ki Jimat di dalamnya terukir dengan guratan emas dan tertulis Arab yang bermakna kalimat Tauhid dan keselamatan dunia akhirat. Setelah pesatnya perkembangan kemurdan keagamaan, 11 tahun kemudian Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada tahun 1707 M mendirikan Langgar atau Tajug untuk tempat belajar ngaji dan agama agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik, yang akhirnya juga dapat dijadikan tempat untuk pertemuan menyusun perjuangan melawan Belanda pada waktu itu.
Dalam setiap perjuangannya untuk mengadakan pelawatan ke daerah-daerah lain, P.R.A. Kaprabon menggunakan kereta berkuda yang dikawal oleh beberapa abdi dalemnya. Dengan kelincahan dan kepandaiannya dengan dalih agama, beliau tidak pernah ditangkap oleh tentara Belanda pada waktu itu, dan penyebaran agamanya pun cukup berhasil sampai ke pelosok-pelosok.

Setelah Pangeran Raja Adipati Kaprabon sebagai Sultan Pandita agama Islam Tareqat wafat pada tahun 1734 M, kemudian secara turun-menurun diteruskan oleh puteranya, yaitu:
Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon (1734 - 1766)
Pangeran Brataningrat Kaprabon (1766 - 1798)
Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon (1798 - 1838)
Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon (1838 - 1878)
Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon (1878 - 1918)
Pangeran Angkawijaya Kaprabon (1918 - 1946)
Pangeran Aruman Raja Kaprabon (1946 - 1974)
Pangeran Herman Raja Kaprabon (1974 - 2001)
Pangeran Hempi Raja Kaprabon (2001 - sekarang)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Keraton Kasepuhan Cirebon




Saat berkunjung ke Cirebon, kami tertarik untuk mengunjungi keraton Kasepuhan yang berada di tengah kota Cirebon. Sangat mudah untuk mencapai keraton ini, tepatnya berada di Jl Keraton Kasepuhan No. 43. Mungkin karena begitu dekatnya dengan pusat kota, warga Cirebon sendiri banyak yang belum pernah masuk ke keraton ini.
Tiket masuknya (thn 2007) sebesar Rp 3000 / orang. Memasuki kawasan, kita akan ditemani oleh pemandu wisata yang berpakaian tradisional yang pada umumnya masih merupakan keluarga abdi dalem keraton. Keraton ini memiliki pagar dan gapura yang terbuat dari susunan bata merah, dan konon direkatkan tanpa menggunakan semen sama sekali. Dalam keraton ini terdapat nuansa asimilasi antara budaya Jawa, Sunda bahkan Cina dan Eropa. Di halaman keraton terdapat patung 2 ekor macan putih. Dalam areal keraton juga terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Keraton di Cirebon memiliki beberapa kesamaan yang mungkin menjadi standard dengan keraton2 di Cirebon, antara lain menghadap ke Utara, lalu di sebelah Timur terdapat masjid, memiliki alun2 untuk rakyat berkumpul, serta memiliki patung macan perlambang Prabu Siliwangi. Namun dari ketiga keraton yang ada di Cirebon (Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan), keraton Kasepuhan nampaknya terlihat yang paling terawat.
Di dalam museum yang berada di Utara keraton terdapat benda-benda peninggalan kerajaan seperti peralatan perang, meriam dan kereta kencana yang digunakan saat berperang. Kereta ini disebut Kereta Singa Barong, berkepala gajah yang belalainya memegang trisula (pengaruh Hindu), bersayap garuda (pengaruh Islam) dan berekor naga (pengaruh Cina). Kereta ini sudah memiliki teknologi shockbreaker dan juga memiliki mekanik untuk mengepakkan sayapnya. Namun kereta ini sejak 1942 sudah tidak difungsikan lagi dan hanya keluar untuk ‘dimandikan’ setiap tanggal 1 Syawal. Sayang kondisi tempat ini kurang terlalu terawat, padahal barang di dalamnya sudah berusia ratusan tahun. Sedangkan di museum di bagian Selatan Keraton terdapat perhiasan, pernak-pernik, piring, dan perlengkapan keraton yang digunakan saat jaman Sunan Gunung Jati.
Terlihat banyak sekali pengaruh budaya Islam di dalam ornamen2 keraton. Namun di keraton ini juga banyak terdapat porselain2 Cina juga lampu hias dari Eropa dan juga keramik2 yang melukiskan gambar2 tentang tokoh dalam Alkitab. Ada juga sebuah lukisan Prabu Siliwangi bersama seekor macan, dimana dalam lukisan ini sorotan mata Prabu maupun macan akan mengikuti kita dimanapun posisi kita berada. Hhmm… penasaran ? Silahkan Anda coba sendiri. Di beberapa ruangan terdapat baki yang berisi sumbangan sukarela untuk kebersihan dan perawatan museum. Pemandu sempat menceritakan bahwa Dorce dalam acara Dorce Show sempat kesurupan di tempat ini, karena tidak permisi sebelum mengambil gambar di tempat ini dan baru sembuh setelah diberi minum dari sumur di keraton yang dimantera oleh penjaga kunci. Pesannya adalah setiap pengunjung sebaiknya menjaga sikap & jangan sembarangan..
Secara keseluruhan keraton ini cukup layak dikunjungi, karena letaknya yang mudah dicapai serta tiket masuk yang terjangkau, pemandu wisata pun cukup detail memberikan penjelasan. Keraton Kasepuhan buka dari jam 8.00 -16.00 untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis & Sabtu, untuk hari Jumat dari jam 7.00-11.00, lalu ditutup untuk sembahyang Jumat, lalu dibuka kembali pukul 14.00-16.00 sedangkan untuk hari Minggu/Libur dari jam 8.00 – 17.00

Selasa, 04 Oktober 2011

Sejarah Lukisan Kaca Cirebon


Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pula Jawa.Pada jamannya pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan berupa Lukisan Kaca Wayang.

Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik ? hal itu dikarenakan Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon. Selanjutnya perkembangan Lukisan Kaca Cirebon boleh dikatakan “Booming” ketika pada kurun waktu 1980-1990 Sang Maestro Lukisan Kaca Cirebon TOTO SUNU menggebrak dengan Lukisan Kaca Super Besar bahkan tidak hanya besar ukurannya tetapi Nuansa Dekoratifnya demikian hidup dan terlihat sangat menawan. Banyak sekali karya-karya TOTO SUNU yang menjadi koleksi para Kolektor Lukisan, sehingga sangatlah wajar apabila Gaya dan Teknik lukisannya menjadi kiblat para Pelukis Muda hingga saat ini.

Kalau Toto Sunu mengusung Gaya Dekoratif Modern, maka lain lagi halnya dengan RASTIKA yang mengusung Gaya Dekoratif Klasik. Kedua maestro Lukisan Kaca Cirebon tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam penuangan kreatifitasnya, justeru dengan perbedaan pada Gaya yang dianutnya membuat Lukisan Kaca Cirebon terkenal diseantero Nusantara bahkan Mancanegara. Kedua Kutub dengan Gaya berbeda telah melahirkan puluhan Pelukis Muda yang berbakat dalam dunia seni lukis kaca bahkan dari kedua tokoh tersebut sangat menentukan dalam melahirkan regenerasi Pelukis Kaca Cirebon.

Terlepas dari semua itu, saat ini Lukisan Kaca Cirebon banyak dijadikan sebagai objek pembinaan dan pengembangan program peningkatan Usaha Produk Etnik yang diharapkan dapat mendongkrak Indeks Daya Beli. Beberapa diantaranya Lukisan Kaca Cirebon saat ini diarahkan kepada pembuatan produk massal yang lebih memungkinkan dalam peningkatan kapasitas produksi, peningkatan teknik produksi berorientasi pasar serta peningkatan diversifikasi produk untuk melahirkan Produk Cinderamata yang berbasis etnik.Seperti tak pernah kenal lelah Pemerintah Kota Cirebon melalui Disperindag dan Dekranasda Kota Cirfebon terus berupaya untuk meningkatkan Perkembangan Lukisan Kaca Cirebon.

Kendala klasik yang menjadi halangan perkembangan Lukisan Kaca Cirebon adalah perluasan pangsa pasar, karena tidaklah mudah mengalihkan masyarakat konsumen dari kebutuhan secunder ke kebutuhan primer. Kuncinya hanyalah ada pada ketersediaan produk Lukisan Kaca yang bermutu baik, berharga murah dan terjangkau , serta mudah dibawa dan mudah mencarinya. Hal ini membutuhkan keseriusan, ketelatenan dan kesabaran dalam menyikapi perkembangan Lukisan Kaca Cirebon.

Akhirnya , setelah sekian abad Lukisan Kaca Cirebon dikenal orang, masih banyak yang harus dilakukan dalam mempromosikan produk tersebut. Salah satunya melalui Promosi Internet yang kini menjadi sasaran dalam dunia perdagangan produk baik seni maupun kerajinan, sementara para pengguna internet telah mewabah diseantero jagat ini dan bukan mustahil Promosi Internet lebih banyak mamfaatnya bagi produsen barang seni dan kerajinan termasuk Produk Lukisan Kaca Cirebon.

Kehadiran DURIAN 19 ARTS bersama situsnya yang bernama durian19-arts.com memiliki banyak peluang dalam promosi Produk Lukisan Kaca Cirebon , walaupun memang bukan yang pertama dalam melakukan promosi melalui internet. Namun setidaknya kehadiran durian19-arts.com akan melengkapi wahana promosi bagi Pelukis Kaca Cirebon lainnya. Mudah-mudahan dengan kehadiran situs ini akan memberikan mamfaat bagi perkembangan Lukisan Kaca Cirebon yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para Pelukis Kaca Cirebon. Semoga.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Gamelan Cirebon


Hampir di semua Kraton yang ada di Cirebon selalu ada gamelan. Gamelan sudah merupakan bagian dari keraton. Begitu pula di lobby-lobby hotel saat ini banyak sekali mereka menggunakan gamelan untuk menyambut tamu dan lain-lain nya.

Gamelan adalah kumpulan dari berbagai macam alat musik yg di padukan menjadi satu sonata. Sehingga bisa kita sebut orchestra. Sehingga kita bisa menyebutnya "The Gamelan Cirebonesse Orchestra". Di Cirebon dikenal ada dua laras, yaitu Laras Slendro dan Pelog ada juga Prawa (Jenis laras ini sudah jarang di temui di Cirebon). Kedua laras ini menggunakan tangga nada yang sama yaitu Pentatonis berupa: da mi na ti la
Laras Slendro biasanya digunakan untuk Pagelaran Wayang kulit sedangkan Pelog biasanya digunakan untuk penyerta Seni Tari; Topeng, Wayang uwong, Tayuban. Kalau di liat sepintas memang sama tapi laras Pelog lebih berkesan meriah dibandingkan Slendro.

Lagu-lagu yang sering dilantunkan biasanya : Dermayon, Kiser, Rumyang, Bendrong, Tutul Pindang, Tratagan, Waledan, Kebo Giro, Barlen, Temenggungan, Dodoan, Slontongan, dan lain-lain.

Gamelan Cirebon biasanya terdiri dari beberapa alat musik yang masing-masing mempunyai ciri khas suara dan cara memainkannya pun berbeda.

Di bawah ini alat-alat music Gamelan Cirebon yang sering di gunakan pada setiap pagelaran.

Kendang
Terbuat dari kayu utuh yang di lubangi dan dipasangi dengan kulit di kedua sisinya. Ukuran kendang bermacam-macam. Satu set kendang terdiri dari 4 kendang kecil dan 1 kendang besar. Kendang berfungsi sebagai konduktor. Jadi penabuh kendah harus mengetahui alur music yang di mainkan. Juga harus mengikuti gerakan tarian sipenari atau juga gerakan Dalang saat memainkan wayang.

Saron
Saron terdiri dari 7 bilah yang terbuat dari perunggu dan dipasang diatas kayu dengan luabng di bawahnya yang berfungsi sebagai resonansi sehingga suaranya terdengar keras.

Bonang
Berbentuk mangkok dengan kepala berbentuk bundar. Dipasang di atas tali yang dihubungkan berjejer dengan satu sama lainnya.

Gender
Berbentuk seperti Saron tapi menghasilkan suara rendah teruat dari perunggu dan dipasangi silinder diibwahnya. biasanya terbuat dari bambu.

Gambang
Terbuat dari Kayu berjajar, berbentuk seperti saron tapi terdiri dari 4 tangga nada sehingga si penabuh selalu memainkan nya sesuai dengan irama musik dan diselaraskan dengan alunan pesinden dan suling

Gong
Berbentuk bundar dan berukuran besar sekitar 75-100cm diameternya.

Kempul
Gong kecil

Kenong
Pasangan dengan Jengglong berbentuk seperti bonang besar dan agak cungkup dan menghasilkan suara dengan resonansi yang lama

Ketuk
Terdiri dari 2 buah alat musik. yang berfungsi sebagai penyelaras tempo

Jengglong
Berbentuk seperti bonang yang berukuran besar

Suling
Terbuat dari bambu yang terdiri dari 6 lubang.

Bedug
Berbentuk sama seperti kendang hanya berukuran besar. Biasanya berdiameter lebih dari 1 meter di kedua sisinya. Menggunakan kulit lembu besar dan kayu yg berukuran besar pula

Kecrek

Visit CIREBON

Visitor