Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 25
km dari kota Sumber ke arah timur. Obyek wisata ini memiliki daya tarik
dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung dengan nama latin ”
Aquatic Tortose Ortilia norneensis.”
Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di desa belawa
kecamatan sedong,. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang
langka dan patut di lindungi keberadaannya. Obyek wisata ini di
rencanakan untuk di kembangkan menjadi kawasan yang lebih lengkap Taman
kura-kura ( Turle park ) atau taman reptilia.Sektor suasta dapat
bekerjasama dengan pemerinta kabupaten untuk pengelolaan taman kura-kura
tersebut.
Adanya kura-kura yang bertempurung khas ini juga menumbuhkan cerita
rakyat setempat dan menimbulkan dongengan-dongengan yang turun temurun
agar generasi penerus bisa memahami dan menghargai hal hal yang
merupakan peninggalan sejarah yang tidak baik kalau kita abaikan begitu
saja.
Peninggalan leluhur kita patut kita hargai dan hormati agar kekayaan peninggalan itu tetap lestari sampai akhir zaman
Dan cerita mitos ini salah satunya adalah kura-kura yang ada di Desa Belawa. SEJARAHnya bermula dari zaman dahulu ada seorang pemuda yang bernama “Jaka Saliwah” Jaka berarti lelaki/
Pemuda sedangkan Saliwah berarti tidak sama (tidak satu warna ).
Wajah Jaka Saliwah terdiri dari warna putih dan hitam sebelah berwarna putih dan sebelahnya lagi berwarna hitam.
Allah telah mentakdirkan semenjak lahir Jaka berwajah dua rupa.
Betapa sedih dan pilu orang tuanya menerima kenyataan ini, namun Tuhan
telah menghendakinya orang tua Jaka hanya bias berdo’a mudah-mudahan
diberi ketabahan, kesabaran dan keimanan.
Juga do’a untuk bayinya mudah-mudahan menjadi anak yang sholeh berbakti
kepada orang tua,berguna untuk nusa dan bangsa Iman dan Takwa kepada
yang Kuasa.
Jaka Saliwah tergolong anak yang cerdas semenjak kecil ia sudah di didik
ilmu agama giat bekerja dan menjadi suri tauladan teman-teman
sebayanya.
Ketidak samaan warna muka tidak menjadi penghalang dan renda diri tetapi Jaka Saliwah selalu ceria..
Usia makin dewasa mulailah Jaka Saliwah merassa rendah diri apalagi
kalau ada teman sebayanya memperolok-olok, kata cemoohandan kadang
mereka diluar batas kesopanan.
Lama-lama ia merasa didsisihkan, dia menjadi anak yang murung . Ia
sering menyendiri di dalam kamar. Wajah yang semula cerria kini mulai
selalu murung/
Enggang bergaul dengan teman-temanya . Ia jarang keluar rumah lebih baik mengurung diri, itulah pekerjaan Jaka Saliwah saat itu.
Kedua orang tuanya selalu membesarkan hati sang anak,namun Jaka saliwah
selalu membisu seribu basa. Tak pernah memberi jawaban apa yang ia
pikirkan
Kedua orang tua selalu kebingungan ihtiar apa yang harus dilakukan,
mereka mencari orang yang mengerti dan bisa menunjukan kemana mereka
harus meneima saran dan pendapat.
Akhirnya ada seorang yang mengatakan coba-coba kesana ada seorang yang dianggap sakti dan memiliki ilmu yang tinggi.
Beliau berada di Cidayeuh/ Cikuya sekarang di sana ada orang yang
dianggap pemuka agama dan mempunyai banyak santri, beliau bernama “Syeh
Datuk Putih“. Syeh Datuk Putih mengajarkan agama islam walaupun waktu itu hanya
sebagian kecil saja, sebab penduduk Desa Belawa waktu itu telah memeluk
suatu kepercayaan ke pohon yang besar , ke batu-batu dan sebagainya atau
penganut Animisme.
Sedikit demi sedikit Syeh datuk Putih berhasil menanamkan ajaran-ajaran Islam. Dengan mengucapkan Dua kalimat Syahadat.
Jaka Saliwah akhirnya atas keinginan sendiri dan nasihat orang tuanya ia
berangkat dari rumahnya diiringi dengan do’a kedua orang tuanya.
Jalan yang ditempuh tidaklah mudah tebing yang terjal dan mendakki tidaklah jadi penghalang Jaka Saliwah.
Walau kakinya sudah terlalu lelah badannya sudah terlalu payah, tapi
kalau dengan keteguhan hati , ia terus berjalan dan terus berjalan.
Akhirnya sampailah di tempat tujuan di Desa Belawa.
Langkah yang sudah lemah bersemangat kembali setelah kakinya mulai melangkah ke tempat di mana Syeh datuk Putih berada.
Jaka Saliwah memasuki lokasi perguruan dan ia langsung memberi salam : "Assalamualaikum Wr. Wb"
Waalaikum salam jawab para santri dan Syeh datuk Putih. Silahkan masuk
anaku. Ucap Syeh Datuk putih Jaka Saliwah masuk dan langsung berjabatan
tangan pertama kepada Syeh Datuk Putih selanjutnya ke para santri yang
ada di sana.
Jaka Saliwah agak juga ada rendah diri tatkala para santri menatap
muikanya yanga ada kelainan itunamun ia berusaha tabah dan percaya
diri.Subhan Allah mudah-mudahan saya diberi ketabahan.
Mudah-mudahan Allah akan memberikan Hidayahnya kepada hambanya yang begini keadaanya.
Syeh Datuk putih memakluminya Jaka Saliwah yang baru hadir ini pun disana tapi ia belajar mengaji disini.
Jaka Saliwah menceritakan masalah dirinya dari awal sampai akhir, upaya
yang sudah dilakukan orang tuanya kesana kemari untuk menyembuhkan
wajahnya yang dua rupa (warna) selalu mendapat kegagalan.
Mohon dengan hormat kepada guru / Syeh Datuk Putih bisa menyembuhkanya . Wajahku sama dengan yang lain.
Syeh Datuk Putih mendengar pernyataan Jaka Saliwah Beliau hanya mengangguk anggukan kepala.
Lama-lama beliau bersabda : “Jaka Saliwah itu sudah suratan takdir
Illahi kita hanya bisa terima dengan keikhlasan namun Allah Maha Kuasa
Allah Maha Pengasih dan Penyayang“.
Allah akan memberikan/ mengabulkan Do’a kita andaikan tak henti-hentinya kita memohon dan berdo’a.
Allah akan memberikan muzi’zat kalau Allah menghendakinya.
Maka dari itu Jaka Saliwah rajinlah engkau membaca Ayat Suci Alqur’an,
shalat malam,berzikir dan berpuasa mudah-mudahan do’amu akan terkabul
dan mulai sekarang engaku harus memulainya.
Tuh disana diatas pelataran batu / wadas yang rata dekat sumur kecil dipinggir kolam.
Jalan kan perintah ini baik-baik dan diiringi rassa ikhlas berserah diri kepada Illahi.
Juga Bapak selaku pembina di sini akan ikut membantu agar keinginanmu terkabul.Amiiin.
Jaka Saliwah selalu menurut atas perintah Syeh Datuk Putih rajin Sholat Fardu juga sholat sunnah, baca Alqur’an dan berzkir.
Berhai-hari, berminggu-minggu dan dari bulan ke bulan dilakoninya. Namun
perubahan kulit mukanya belum ada tanda-tanda perubahan.
Ia selalu menatap wajahnya di atas permukaan air sumur dekat batu temapat ia berzikir belum membuahkan hasil.
Hampir Jaka Saliwah putus asa lebih baik aku “mati“ dari pada seumur
hidup jadi tontonan orang, jadi cemoohan anak-anak dan tak terasa air
matanya membasahi pipi.
Ya Allah apa yang harus dilakukan ya Allah
Hanya Engkaulah yang yang aka memberikan hidayah kepada hambanya.
Ya Allah sembuhkanlah saya ! Ya Allah sembuhkanlah saya. Ya Allah mulutnya komat-kamit menahan sedih.
Dia duduk bersimpuh berdo’a dan berdo’a
Dia pasrah diri linangan air mata terus membasahi kedua belah pipinya
Dan dengan air mata yang berlinang-linang ia raih kiab suci Alqur’an
yang ada di depan lutunya. Pendek kata timbulah rasa gundah gulana dan
rasa marah dan kesal yang semula kitab suci yang jadi panuan menjadi
benda yang sangat di benci karena kecewa keiinginnya tidak terkabulkan.
Jaka saliwah tidak sadar lembaran ayat suci Alqur’an ia sobek-sobek
menjadi puluhan ratusan sobekan dan ia remas-remas dan dengan hati yang
jengkel ia lemparkan ke kolam yang jernih airnya.
Sobekan kertas ayat suci Alqur’an bagai perahu yang sedang berlayar di
lautan di tiup angin sumilir bagai perahu kecil melaju ke timur, barat
ke utara dan seterusnya.
Jaka Saliwah menangis meratapi dirinya dan dia menutup mukanya dengan kedua belah tangannya.
Berilah saya muzizat ya Allah hanya kepadamulah aku memohon.
Dan apa yang terjadi dia bangun melangkahkan kakinya untuk pulang ke
desanya, tetapi ia merasa aneh kertas yang tadi terapung dipermukaan air
kolam tidak ada satu pun dan yang dia lihat di atas air berpuluh-puluh
hewan-hewan kecil berenang suka ria kesana kemari.
Jaka Saliwah merasa takjub oh mungkin hewan ini berasal dari sobekan
kertas dari lembaran Qur,an yang saya lemparkan tadi. Kalau begitu
hewan-hewan yang kecil-kecil ini di beri nama “Kura-kura , sebab Allah
telah menciptakan dari sobekan Qur’an.
Jaka Saliwah lalu berdiri dan dia melihat wajahnya di permukaan air, ia
merasa kaget. Alhamdulillah ya Allah mukaku tidak dua warna lagi ,
mukaku sekarang seperti temen-teman yang lain.
Langsung Jaka Saliwah sujud syukur Ya Allah“ Kauniamu“ begitu besar Alhamdulillah segala do’a ku telah terkabul.
Itulah akhir dari riwayat Cikuy.